Suasana riang memenuhi teras Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi KPK, Jakarta. Puluhan angklung dari komunitas Angklung Perempuan Indonesia (API) berkolaborasi dengan H. Rhoma Irama, menciptakan harmoni yang inspiratif dalam upaya pemberantasan korupsi.
Komunitas API, yang anggotanya berusia di atas 60 tahun, menggunakan musik untuk menyampaikan pesan integritas dan mengajak masyarakat membangun Indonesia yang bersih dari korupsi.
Musik Angklung: Media Efektif Pencegahan Korupsi
Pagelaran seni musik angklung ini merupakan bagian dari kegiatan Direktorat Peran Serta Masyarakat KPK. Acara bertema “Melalui Kesenian Angklung, Gelorakan Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia” ini bertujuan untuk mensosialisasikan pentingnya anti-korupsi.
Wakil Ketua KPK, Ibnu Basuki Widodo, menekankan efektivitas seni sebagai media pencegahan korupsi. Seni, menurutnya, dapat menyampaikan pesan moral secara halus dan membangun kesadaran kolektif.
Ia menyebut angklung, dengan kekompakan dan kedisiplinannya, melambangkan bagaimana seharusnya kita bertindak dalam pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi bukan hanya tugas aparat penegak hukum, tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat.
Ibnu juga menyoroti pentingnya integritas sebagai keselarasan antara ucapan dan tindakan. Ia menyinggung survei KPK tahun 2018 yang menunjukkan 78% responden menganggap korupsi sebagai hal biasa.
Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengikis pandangan tersebut dan membudayakan antikorupsi. API diharapkan dapat menanamkan pesan antikorupsi dalam setiap penampilannya.
Peran Strategis Perempuan dan Generasi Lansia dalam Anti-Korupsi
Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana, mengapresiasi semangat anggota API. Meskipun berusia 60 hingga 83 tahun, semangat mereka dalam mempelajari nilai-nilai antikorupsi sangat tinggi.
Wawan menekankan peran strategis perempuan dalam menanamkan nilai antikorupsi dalam keluarga. Kedekatan emosional ibu dengan keluarganya menjadi kunci.
Ia menambahkan bahwa setiap individu dapat berkontribusi dalam pemberantasan korupsi. Ibu, sebagai nenek atau orang tua, dapat memberikan petuah antikorupsi kepada keluarganya.
H. Rhoma Irama dan Pesan Moralitas
Musisi legendaris H. Rhoma Irama turut memeriahkan acara dengan lagu-lagu bertema sosial. Ia mengajak masyarakat memahami pentingnya moralitas dalam kehidupan sehari-hari.
Rhoma menekankan pentingnya pencegahan kejahatan, termasuk korupsi. Ia memuji pendekatan KPK yang terintegrasi dalam pendidikan, pencegahan, dan penindakan korupsi.
Ia berharap semua orang, terutama pejabat, takut melakukan korupsi dan tidak ingin mengenakan rompi oranye.
Ketua API, Effy Kuswita, mengungkapkan kebanggaan bersinergi dengan KPK. Angklung, baginya, melambangkan kebersamaan dan keharmonisan, seperti halnya membangun bangsa.
Sekitar 100 anggota API mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Perempuan Antikorupsi setelah pagelaran. Bimtek ini memberikan ruang bagi perempuan untuk menggali peran mereka dalam membangun budaya antikorupsi.
Acara dihadiri berbagai pejabat KPK, termasuk Ketua Dewan Pengawas KPK, Gusrizal, dan beberapa direktur KPK.
Kegiatan ini menunjukkan komitmen bersama dalam pemberantasan korupsi melalui berbagai pendekatan, termasuk seni dan edukasi. Semangat para perempuan lansia dari API menjadi inspirasi dalam perjuangan ini.
Harapannya, upaya kolaboratif seperti ini dapat terus dilakukan untuk menciptakan Indonesia yang bersih dan bebas dari korupsi.