CEO Telegram Soroti Kemunculan DeepSeek, Ungkap Rahasia Sukses AI China

Rohmat

Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, turut angkat bicara mengenai kemunculan DeepSeek yang belakangan menggemparkan dunia teknologi.

Menurut miliarder dengan kekayaan mencapai USD 15,5 miliar atau sekitar Rp 253 triliun itu, pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) di China bukanlah suatu kebetulan. Ia menilai bahwa keunggulan mendasar dalam sistem pendidikan menjadi faktor kunci yang memungkinkan China melesat jauh di bidang ini.

Dalam unggahannya di akun Telegram pribadinya, Durov menyoroti prestasi luar biasa para pelajar China yang selama bertahun-tahun mendominasi kompetisi matematika dan pemrograman tingkat dunia, melampaui negara-negara lain.

Ia menjelaskan bahwa pencapaian ini erat kaitannya dengan pola pendidikan yang diterapkan di China, terutama dalam mata pelajaran eksakta seperti matematika dan sains. Sistem yang diterapkan di Negeri Tirai Bambu ini diyakini lebih unggul dibandingkan dengan metode pendidikan di negara-negara Barat, sebab menanamkan budaya kompetitif di antara pelajar.

“Hal ini mendorong terjadinya persaingan yang ketat di antara para pelajar, sebuah prinsip yang dipinjam dari model Soviet yang sangat efisien,” tulis Durov.

Sebaliknya, ia menyoroti pendekatan yang diambil oleh banyak negara Barat, termasuk Amerika Serikat, yang menurutnya justru menghambat perkembangan siswa terbaik.

“Sebaliknya, kebanyakan sekolah Barat tidak menganjurkan kompetisi, melarang pengumuman nilai dan peringkat siswa di depan umum. Alasannya dapat dimengerti untuk melindungi siswa dari tekanan atau ejekan. Namun, tindakan seperti itu juga dapat diprediksi akan menurunkan motivasi siswa terbaik. Kemenangan dan kekalahan adalah dua sisi mata uang yang sama,” tambahnya.

Durov menilai bahwa dengan menghapus transparansi dalam sistem peringkat akademik serta menghilangkan persaingan, maka semangat belajar para siswa juga ikut luntur. Akibatnya, banyak anak berbakat yang justru mencari tantangan di bidang lain, seperti permainan daring yang bersifat kompetitif, ketimbang menekuni bidang akademik.

“Tidak mengherankan bahwa banyak anak berbakat sekarang menganggap permainan kompetitif lebih menarik daripada akademis – setidaknya dalam permainan video, mereka dapat melihat peringkat setiap pemain,” kata Durov.

Durov juga mengaitkan fenomena tersebut dengan keberhasilan AI China, termasuk DeepSeek, yang mencatatkan pencapaian luar biasa dalam berbagai tolok ukur kecerdasan buatan.

“Tolok ukur AI yang memperlihatkan keunggulan DeepSeek adalah salah satu pemeringkatan publik tersebut. Dan masih banyak lagi yang akan datang. Kecuali jika sistem pendidikan menengah AS mengalami reformasi radikal, dominasi China yang semakin meningkat dalam teknologi tampaknya tak terelakkan,” tutup pria asal Rusia tersebut.

Also Read

Tags

Leave a Comment