Deflasi di Solo Awal 2025, Diskon Listrik dan Penyesuaian BBM Jadi Pemicu

Rohmat

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta mencatat bahwa pada Januari 2025, Kota Solo mengalami deflasi sebesar 0,35 persen secara bulanan.

Fenomena penurunan harga ini tergolong cukup signifikan di awal tahun dan tidak hanya terjadi di Kota Solo, melainkan hampir di berbagai kota lainnya di Indonesia.

Dalam rilis resminya, Kepala BPS Kota Surakarta, Ratna Setyowati, mengungkapkan bahwa deflasi yang terjadi dipicu oleh beberapa kebijakan pemerintah.

Salah satu faktor utama adalah adanya diskon 50 persen pada tarif listrik bagi pelanggan rumah tangga yang diberlakukan oleh pemerintah selama Januari hingga Februari.

“Seperti pada Januari – Februari ini terdapat kebijakan dari Menteri ESDM terkait pemberian discon 50 % kepada pelanggan listrik rumah tangga,” kata Ratna, Selasa (4/2/2025).

Ratna melanjutkan, selain pengurangan biaya listrik, faktor lain yang turut berkontribusi adalah penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) oleh Pertamina yang berdampak pada harga jual di masyarakat.

Selain itu, beberapa komoditas lain yang berperan dalam penurunan harga meliputi tarif listrik, bawang merah, telur ayam ras, telepon seluler, dan mobil.

Di sisi lain, kondisi curah hujan yang tidak menentu turut memicu kenaikan harga sejumlah bahan pokok. Secara tahunan (Year on Year/YoY), Kota Solo mengalami inflasi sebesar 1,25 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,70.

Beberapa komoditas yang menjadi pendorong inflasi antara lain cabai merah, cabai rawit, tarif layanan dokter umum, biaya rumah sakit, dan harga bensin.

“Curah hujan yang lebih tinggi dari normal saat ini menyebabkan gangguan pada produksi hasil pertanian, meski dampaknya tidak terlalu besar,” kata Ratna.

Dari sisi kelompok pengeluaran, penurunan indeks harga terjadi pada sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 9,33 persen.

Sementara itu, sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami penurunan sebesar 0,34 persen. Sebaliknya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 4,14 persen.

Also Read

Tags

Leave a Comment