Helikopter Evakuasi Turis Brasil Terluka di Gunung Rinjani NTB

Redaksi

Helikopter Evakuasi Turis Brasil Terluka di Gunung Rinjani NTB
Sumber: Kompas.com

Tragedi menimpa seorang turis Brasil, Juliana (27), yang jatuh di tebing Gunung Rinjani pada Sabtu, 21 Juni 2025. Kejadian ini menyita perhatian publik dan memicu upaya penyelamatan yang intensif. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhamad Iqbal, langsung merespon dengan mendorong percepatan evakuasi, khususnya dengan menggunakan helikopter.

Pertimbangan waktu kritis 72 jam (Golden Time) dalam penyelamatan di alam bebas menjadi alasan utama percepatan evakuasi ini. Meskipun penggunaan helikopter memungkinkan secara teknis, tantangan berupa cuaca yang berubah-ubah dan spesifikasi helikopter yang dibutuhkan tetap menjadi kendala.

Upaya Evakuasi Menggunakan Helikopter: Tantangan dan Pertimbangan

Kepala Kantor Basarnas Mataram, Muhamad Hariyadi, menjelaskan bahwa evakuasi dengan helikopter memungkinkan. Namun, helikopter yang digunakan harus memiliki Hois untuk air lifting guna memastikan proses evakuasi berjalan efektif dan aman.

Cuaca di sekitar Gunung Rinjani yang berubah-ubah menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Kondisi cuaca yang buruk dapat membatalkan atau menghambat proses evakuasi menggunakan helikopter.

Kronologi Jatuhnya Turis Brasil di Gunung Rinjani

Juliana jatuh di sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani, sekitar pukul 06.30 WITA. Ia tengah mendaki bersama enam rekannya menuju Pos Pelawangan Sembalun.

Pada dini hari, Juliana melanjutkan perjalanan ke puncak bersama pemandu. Namun, ia merasa kelelahan di Cemara Nunggal dan diminta beristirahat oleh pemandunya.

Pemandu melanjutkan perjalanan dengan lima pendaki lainnya. Juliana tidak menyusul, dan ketika pemandu kembali, ia tak ditemukan di tempat istirahat.

Pemandu melihat cahaya senter dari bawah jurang menuju Danau Segara Anak. Cahaya tersebut dipastikan berasal dari Juliana yang jatuh ke dalam jurang.

Juliana ditemukan di bawah tebing dengan kedalaman sekitar 150-200 meter. Ia masih hidup dan sempat terdengar berteriak meminta pertolongan.

Proses Evakuasi yang Menantang

Tim gabungan dari berbagai instansi, termasuk Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Basarnas Mataram, Polsek Sembalun, Emergency Medical Hikers Community (EMHC), dan SAR Lombok Timur, dikerahkan untuk proses evakuasi.

Pada hari pertama, tim memasang tali untuk menjangkau Juliana. Namun, tali sepanjang 300 meter tidak cukup, dan Juliana semakin terperosok.

Pada malam hari, salah satu anggota tim bermalam di tebing pada kedalaman 200 meter. Keesokan harinya, upaya penyelamatan dilanjutkan dengan menggunakan drone thermal.

Cuaca buruk berupa kabut tebal dan hujan menghambat penggunaan drone. Pencarian dilanjutkan pada hari Senin, dan Juliana ditemukan tersangkut di tebing pada kedalaman sekitar 500 meter.

Kondisi Juliana tampak tidak bergerak. Dua personel penyelamat diturunkan, namun medan yang ekstrem dan dua overhang besar membuat pemasangan anchor tidak memungkinkan.

Demi keselamatan tim penyelamat, mereka ditarik kembali karena kondisi cuaca dan medan yang berbahaya. Evakuasi Juliana tetap menjadi tantangan besar mengingat medan yang sulit dan kondisi cuaca yang tidak menentu.

Insiden ini menyoroti pentingnya persiapan yang matang sebelum mendaki Gunung Rinjani, termasuk memperhatikan kondisi fisik dan cuaca. Semoga upaya evakuasi selanjutnya dapat dilakukan dengan lancar dan Juliana mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.

Also Read

Tags

Leave a Comment