Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi barometer kinerja pasar modal Indonesia mengalami tekanan akibat berbagai dinamika global yang tengah berlangsung.
Chief Economist dan Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan bahwa situasi di tingkat internasional membawa dampak negatif bagi pergerakan IHSG.
“Berbagai sentimen yang menyebabkan IHSG BEI terkoreksi, di antaranya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China,” kata Rully Arya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi yang diambil oleh Presiden AS, Donald Trump, juga berkontribusi terhadap ketidakstabilan pasar, terutama karena dapat memicu peningkatan inflasi di AS.
Jika inflasi meningkat, maka Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan menghadapi kesulitan untuk menurunkan suku bunga acuannya atau Fed Funds Rate (FFR).
“Sentimen perang dagang, kebijakan Trump yang kemungkinan menyebabkan inflasi AS naik dan FFR sulit turun,” ujar Rully.
Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi global, terutama di China, menjadi faktor lain yang menekan IHSG.
Ditambah lagi, mata uang dolar AS yang tetap kuat dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain semakin memperberat kondisi pasar modal domestik.
“Slowing global growth, terutama China, dolar AS yang tetap bertahan tinggi,” ujar Rully.
Di sisi domestik, Rully menyebutkan bahwa sulit menemukan faktor yang dapat menjadi penopang bagi IHSG.
Berita yang berkembang di dalam negeri lebih banyak didominasi oleh sentimen negatif yang menambah tekanan terhadap indeks saham.
“Dari dalam negeri juga sulit mencari faktor positif, berita yang berkembang lebih banyak isu negatif,” ujar Rully.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa hampir tidak ada dorongan positif dari dalam maupun luar negeri yang dapat memberikan kekuatan bagi IHSG untuk bangkit dalam kondisi saat ini.
“Tekanan terhadap IHSG terus berlanjut, karena hampir tidak ada sentimen positif, baik dari dalam maupun luar negeri yang bisa menopang indeks,” ujar Rully.
Sementara itu, Presiden AS, Donald Trump, telah mengumumkan kebijakan tarif sebesar 25 persen terhadap seluruh impor baja dan aluminium yang mulai berlaku pada Senin (10/2).
Kebijakan ini dikhawatirkan akan semakin meningkatkan inflasi, yang berpotensi membatasi kemungkinan The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya.
Trump juga berencana mengumumkan tarif tambahan lainnya pada Selasa (11/2) atau Rabu (12/2), yang memperburuk ketidakpastian pasar.
Berdasarkan data penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (10/02) sore, IHSG ditutup mengalami penurunan sebesar 94,44 poin atau 1,40 persen.
Sehingga berada di level 6.648,14. Indeks saham unggulan LQ45 juga mencatat penurunan sebesar 11,62 poin atau 1,48 persen ke posisi 773,26.
Aktivitas perdagangan saham tercatat mencapai 1.294.000 transaksi dengan total volume perdagangan sebanyak 17,11 miliar lembar saham, yang memiliki nilai transaksi sebesar Rp11,53 triliun.
Dari seluruh saham yang diperdagangkan, 206 saham mengalami kenaikan, 427 saham mengalami pelemahan, dan 322 saham lainnya stagnan.