Ketegangan antara Israel dan Hamas kembali meningkat setelah penolakan Hamas terhadap tawaran gencatan senjata dari Israel. Tawaran gencatan senjata sebelumnya, yang dimulai pada 19 Januari dan berlangsung selama dua bulan, gagal diperpanjang. Israel menginginkan perpanjangan tahap pertama, sementara Hamas menuntut dilanjutkannya ke tahap kedua sesuai kesepakatan awal.
Perundingan gencatan senjata kembali dimulai, dengan Hamas mengirimkan tanggapan tertulis pada 17 April kepada para mediator. Tanggapan ini berisi respons terhadap tawaran terbaru Israel untuk gencatan senjata selama 45 hari.
Tawaran Gencatan Senjata Israel dan Penolakan Hamas
Tawaran terbaru Israel mencakup pembebasan 10 sandera yang masih hidup sebagai imbalan atas pembebasan 1.231 tahanan Palestina dan dimulainya kembali bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Namun, Hamas menolak tawaran tersebut. Salah satu tuntutan Israel yang ditolak adalah perlucutan senjata para pejuang Hamas.
Khalil al-Hayya, kepala negosiator Hamas, menyebut tawaran Israel sebagai “kesepakatan parsial” yang digunakan Netanyahu untuk kepentingan politik. Hamas menginginkan kesepakatan komprehensif yang meliputi pertukaran tahanan, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan rekonstruksi Gaza.
Serangan Balasan Israel dan Korban Jiwa
Menanggapi penolakan Hamas, Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza, termasuk di Khan Younis.
Serangan tersebut mengakibatkan sedikitnya 24 orang tewas, termasuk 10 anggota satu keluarga. Serangan juga menghantam tenda-tenda pengungsi, menambah penderitaan warga sipil yang telah terlantar.
Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, melaporkan evakuasi jenazah korban dan korban luka dari lokasi serangan. PBB sendiri telah memperingatkan tentang kondisi yang memburuk di Gaza, termasuk kekurangan obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya.
Ratusan ribu warga Palestina telah mengungsi sejak perang dimulai pada Oktober 2023, dan banyak yang berlindung di kamp-kamp pengungsian yang kini juga menjadi sasaran serangan.
Netanyahu Perintahkan Intensifikasi Tekanan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, merespons penolakan Hamas dengan memerintahkan militer untuk meningkatkan tekanan.
Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan terus berjuang hingga menang, meskipun perang tersebut membutuhkan pengorbanan yang besar.
Mesir, sebagai mediator, telah berupaya memulihkan gencatan senjata. Namun, Hamas menegaskan hanya akan membebaskan sandera yang tersisa sebagai bagian dari kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri perang.
Situasi di Gaza tetap tegang dan rawan. Ketegangan ini semakin diperparah oleh blokade total yang diberlakukan Israel sejak Maret 2025, memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut. Proses perundingan gencatan senjata masih menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak bersikeras pada tuntutannya masing-masing.
Ketidaksepakatan ini berdampak serius terhadap warga sipil Gaza yang terus menderita akibat konflik yang berkepanjangan. Perlu adanya tekanan internasional yang lebih kuat untuk mendorong kedua belah pihak menuju solusi damai dan berkelanjutan yang mengakhiri penderitaan rakyat Palestina di Gaza.