Jangan Terjebak! Kenali Tanda-Tanda Lowongan Kerja Palsu

Rohmat

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengeluarkan imbauan kepada publik untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam mencari informasi seputar peluang kerja, terutama yang tersebar luas di berbagai platform daring. Langkah ini diambil guna mengurangi risiko menjadi korban aksi penipuan yang semakin marak di ranah maya.

Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga, menyatakan bahwa kecenderungan masyarakat memanfaatkan internet sebagai sarana pencarian kerja telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindak penipuan. Karena itu, masyarakat diharapkan mampu menyaring informasi dengan cermat sebelum mempercayainya sepenuhnya.

“Kami meminta masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi lowongan kerja melalui situs resmi perusahaan, media sosial resmi, atau langsung menghubungi perusahaan terkait,” ungkap Sunardi dalam keterangan tertulisnya dikutip Sabtu (1/2/2025). Dengan melakukan verifikasi, masyarakat dapat menghindari kerugian yang tidak diinginkan.

Sunardi menambahkan bahwa Menteri Ketenagakerjaan, Prof. Yassierli, telah menginstruksikan seluruh jajaran Kemnaker untuk proaktif dalam menerima laporan masyarakat terkait dugaan lowongan kerja palsu. Selain itu, Kemnaker juga secara berkelanjutan menyebarluaskan informasi mengenai ancaman penipuan yang berkedok lowongan kerja.

“Jika ada pihak yang merasa dirugikan, jangan ragu untuk melapor ke pihak kepolisian karena penipuan lowongan kerja merupakan tindak pidana,” tegasnya. Langkah ini sangat penting untuk menindak tegas oknum yang melakukan penipuan.

Tanda-Tanda Lowongan Kerja Palsu yang Perlu Diwaspadai

Guna membantu masyarakat mengenali jebakan lowongan kerja palsu, Kemnaker mengidentifikasi sejumlah ciri umum yang kerap ditemui, di antaranya:

  1. Janji Gaji Menggiurkan Tanpa Dasar Jelas: Penawaran upah yang terlalu tinggi untuk posisi yang tidak spesifik sering kali menjadi umpan manis bagi calon korban.
  2. Alamat Email Tidak Resmi: Penggunaan surel dari domain umum seperti @gmail.com atau @yahoo.com alih-alih domain perusahaan resmi patut dicurigai.
  3. Minimnya Informasi Perusahaan: Ketidakjelasan alamat kantor, deskripsi tugas, hingga persyaratan yang tidak logis menjadi tanda peringatan.
  4. Permintaan Transfer Uang: Permintaan pembayaran untuk biaya administrasi, pelatihan, atau kebutuhan seragam kerja adalah modus klasik penipuan.
  5. Proses Rekrutmen Tanpa Transparansi: Misalnya, wawancara instan melalui pesan singkat tanpa pemberitahuan resmi dari perusahaan.

Sunardi juga mengingatkan pentingnya memeriksa kredibilitas perusahaan sebelum melamar. Salah satu indikator utamanya adalah proses seleksi yang tidak mengenakan biaya sepeser pun kepada pelamar.

“Jika ada pungutan biaya dalam proses rekrutmen, hampir pasti itu adalah modus penipuan,” jelasnya. Dengan pemahaman ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan tidak mudah tertipu oleh praktik penipuan yang merugikan.

Also Read

Tags

Leave a Comment