Joann Inc., sebuah perusahaan ritel yang telah beroperasi selama lebih dari delapan dekade, akan menutup seluruh jaringan tokonya setelah gagal menemukan pihak yang bersedia mengambil alih sebagian dari 800 gerainya.
Mengutip Reuters pada Selasa (25/2/2025), perusahaan berbasis di Ohio, Amerika Serikat (AS), berencana untuk menjual seluruh aset yang dimilikinya. Dalam transaksi ini, pihak yang akan mengambil alih aset Joann termasuk kreditur perusahaan serta GA Group, sebuah entitas bisnis yang berpartisipasi dalam proses akuisisi.
“Joann berharap untuk mendapatkan pembeli yang akan menjaga bisnisnya tetap hidup, tetapi penawar tertinggi berencana untuk mulai menghentikan penjualan di semua tokonya,” ungkap perusahaan yang dijadwalkan akan menghadiri sidang pengadilan kebangkrutan di Wilmington, Delaware, pada hari Rabu untuk mendapatkan persetujuan atas penjualan tersebut.
Perusahaan yang pertama kali berdiri pada tahun 1943 itu menegaskan bahwa mereka telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan bisnisnya agar tetap beroperasi.
Proses Penutupan Bertahap
Dalam proses penghentian operasional, Joann berusaha meminimalkan dampak terhadap para pegawai, pelanggan, serta mitra bisnisnya. Proses penutupan toko-toko ini diperkirakan akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan.
Sebelumnya, Joann telah mengajukan perlindungan kebangkrutan pada Januari 2025—hanya dalam kurun waktu kurang dari setahun sejak restrukturisasi keuangan terakhirnya pada 2024. Saat itu, mereka berhasil tetap menjalankan operasional toko-tokonya setelah menghapus utang sebesar US$505 juta. Namun, perusahaan kembali mengalami tekanan keuangan akibat gangguan dalam rantai pasokan dan beban operasional yang besar.
Pada awal tahun ini, Joann tercatat memiliki 800 gerai dengan nilai persediaan barang mencapai US$538,3 juta. Perusahaan juga mempekerjakan sekitar 19.000 karyawan yang tersebar di 49 negara bagian AS. Namun, beban finansial yang besar menjadi tantangan utama, termasuk utang yang mencapai US$615,7 juta (sekitar Rp10 triliun), kewajiban pembayaran sebesar US$133 juta kepada para pemasok, serta biaya sewa toko yang menghabiskan US$26 juta setiap bulannya.
Dengan kondisi keuangan yang semakin terhimpit, Joann akhirnya harus mengambil langkah ekstrem dengan menutup seluruh tokonya, menandai berakhirnya perjalanan panjang perusahaan dalam industri ritel kerajinan.