Jualan Batik Live, Mas-mas Ganteng Bikin Heboh Wanita

Redaksi

Fenomena menarik tengah terjadi di dunia maya. Dua pria penjual batik di Yogyakarta dan Solo mendadak viral di TikTok, bukan karena kualitas batiknya, melainkan karena paras tampan mereka yang mencuri perhatian warganet. Kehadiran mereka dalam siaran langsung (live streaming) membawa angin segar bagi industri batik dan sekaligus menunjukkan kekuatan media sosial dalam membangun popularitas.

Kisah sukses dua “mas-mas batik” ini menjadi bukti bagaimana kreativitas dan daya tarik personal dapat menciptakan peluang bisnis baru di era digital. Lebih menarik lagi, keduanya memiliki gaya dan strategi penjualan yang berbeda, menunjukkan beragamnya cara untuk memanfaatkan platform TikTok.

Farhan: Kesuksesan Tak Terduga dari Live Streaming Batik

Farhan, penjual batik di Yogyakarta, menjadi viral berkat penampilannya yang menawan dan gaya bicaranya yang lembut. Ia mengaku baru dua bulan menjadi host live streaming di TikTok dan telah meraih puluhan ribu penonton.

Dalam wawancara dengan Feni Rose di acara Rumpi, Trans TV, Farhan menjelaskan penghasilannya yang cukup signifikan dari live streaming empat jam per hari. Ia mengaku kewalahan karena banyaknya warganet yang merekam dan mengunggah ulang aksinya.

Kepopuleran ini membuka peluang endorse bagi Farhan. Namun, ia mengungkapkan cita-cita sebenarnya adalah menjadi pilot, bukan influencer. Meskipun demikian, ia tetap bersyukur atas kesempatan yang didapatnya.

Dalam sehari, Farhan mampu menjual hingga 90 potong batik melalui live streaming. Keberhasilannya menunjukkan potensi besar penjualan online dengan memanfaatkan platform media sosial dan daya tarik personal.

Tulus Adi Wicaksono: Strategi “Marah-Marah” yang Efektif

Berbeda dengan Farhan, Tulus Adi Wicaksono, penjual batik di Solo, memilih strategi yang unik dan menarik perhatian. Ia dikenal dengan gaya “marah-marah” saat live streaming di TikTok.

Keunikannya terletak pada reaksi Tulus terhadap banyaknya gift yang diberikan warganet selama live. Meskipun mengatakan tidak menginginkan gift karena fokus pada penjualan, penghasilannya dari gift justru lebih besar daripada penjualan batik.

Tulus mengatakan bahwa awalnya ia ingin menjadi guru matematika. Namun, kariernya sebagai penjual batik online kini mengalami peningkatan signifikan berkat live streaming di TikTok. Ia mampu menjual hingga 200 potong batik per hari.

Strategi tak terduga Tulus membuktikan bahwa kreativitas dan kepribadian yang unik dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam dunia pemasaran online.

Peluang dan Tantangan Penjualan Online di Era Digital

Kisah sukses Farhan dan Tulus menunjukkan potensi besar penjualan online melalui platform media sosial seperti TikTok. Namun, sukses ini juga diiringi tantangan.

Ketergantungan terhadap algoritma media sosial dan perubahan tren menjadi risiko yang perlu dipertimbangkan. Kedua “mas-mas batik” ini menunjukkan bahwa keunikan dan daya tarik personal menjadi faktor kunci dalam menarik penonton dan meningkatkan penjualan.

Keberhasilan mereka juga menginspirasi wirausahawan muda untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan bisnis. Pentingnya memahami platform media sosial dan mengembangkan strategi pemasaran yang efektif menjadi kunci sukses dalam era digital ini.

Secara keseluruhan, kisah Farhan dan Tulus menjadi bukti nyata bagaimana kreativitas dan keunikan personal dapat menciptakan kesuksesan di dunia bisnis online. Mereka menunjukkan bahwa platform media sosial memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha, asalkan dikelola dengan strategi yang tepat dan inovatif.

Also Read

Tags

Leave a Comment