Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, sejumlah negara mulai mengambil langkah tegas terhadap chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2023, dan diikuti oleh peluncuran model terbaru DeepSeek R1 pada November 2024, aplikasi ini dengan cepat memperoleh popularitas di berbagai belahan dunia.
Bahkan, pada Januari 2025, antarmuka situs DeepSeek diperkenalkan ke publik, dan aplikasi mobile-nya menjadi salah satu yang paling banyak diunduh di negara-negara seperti Australia, Kanada, China, Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat.
Namun, meskipun meraih sukses besar dalam hal pengguna, sejumlah negara mulai merasa khawatir dengan potensi risiko yang ditimbulkan oleh DeepSeek, yang berhubungan dengan isu keamanan dan privasi.
Beberapa negara mengambil sikap tegas, dengan membatasi atau bahkan memblokir aplikasi ini sepenuhnya.
Amerika Serikat
Meskipun DeepSeek sangat populer di kalangan warga Amerika Serikat, sejumlah lembaga pemerintah mulai melarang penggunaannya.
Angkatan Laut AS mengeluarkan peringatan pada 24 Januari 2024, yang meminta anggotanya untuk tidak menggunakan aplikasi tersebut baik untuk urusan pekerjaan maupun pribadi.
Larangan ini diberlakukan dengan alasan dugaan masalah keamanan dan etika yang timbul dari asal usul dan penggunaan model AI tersebut.
Selain itu, Departemen Pertahanan AS juga berusaha memblokir DeepSeek setelah terungkap bahwa beberapa pegawainya sempat mengakses aplikasi tersebut dan menghubungkan perangkat kerja mereka ke server yang berbasis di China.
Sebagai respon, Pentagon mengambil langkah untuk memblokir DeepSeek di sejumlah jaringan militer. Meski begitu, beberapa pegawai masih bisa mengakses aplikasi ini, yang semakin memperburuk kekhawatiran atas dampak terhadap keamanan nasional.
Australia
Di sisi lain, pemerintah Australia menunjukkan kehati-hatian dalam menyikapi DeepSeek. Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, meminta masyarakatnya untuk berhati-hati saat menggunakan aplikasi tersebut.
Pemerintah kini tengah memantau perkembangan teknologi ini dengan seksama, sementara Menteri Perindustrian dan Sains, Ed Husic, menyoroti pentingnya memperhatikan ketentuan privasi dan pengelolaan data.
Penyedia keamanan siber terbesar di Australia, CyberCX, bahkan mendesak pemerintah untuk melarang penggunaan DeepSeek, dengan alasan bahwa aplikasi ini dapat membagikan data pribadi pengguna untuk keperluan badan intelijen China.
Desakan tersebut menambah kecemasan di tengah fenomena global mengenai potensi penyalahgunaan data pribadi oleh negara lain.
Irlandia
Senator Irlandia dari partai Fianna Fail, Malcolm Byrne, juga menyuarakan keprihatinan terkait penggunaan DeepSeek. Ia mengingatkan warga dan pelaku bisnis untuk berhati-hati, mengingat data yang dikumpulkan oleh aplikasi ini akan disimpan di server China.
Dalam konteks ini, perlindungan data pribadi di Irlandia lebih terjamin saat data disimpan dalam wilayah Uni Eropa, tetapi hal tersebut tidak berlaku jika data tersebut diproses dan disimpan di luar wilayah tersebut, terutama di China.
Komisi Perlindungan Data Irlandia (DPC) telah meminta klarifikasi terkait pengelolaan data pengguna dari Irlandia oleh DeepSeek, namun hingga kini belum ada respons dari pihak aplikasi tersebut.
Italia
Italia menjadi negara pertama yang mengambil langkah drastis dengan memblokir penggunaan DeepSeek sepenuhnya. Pada 28 Januari 2025, otoritas perlindungan data Italia, Garante, meminta informasi lebih lanjut tentang penggunaan data pribadi oleh DeepSeek.
Mereka ingin mengetahui asal-usul data yang dikumpulkan, tujuan pengumpulan, dasar hukum pemrosesan data, serta apakah data tersebut disimpan di China.
Karena aplikasi ini tidak memberikan informasi yang memadai tentang hal tersebut, Italia kemudian memutuskan untuk memblokir akses terhadap DeepSeek melalui platform seperti Apps Store dan Google Play pada 29 Januari 2025.
Keputusan tersebut diambil demi melindungi data pribadi warganya, dan pihak Garante telah membuka penyelidikan resmi terhadap aplikasi tersebut.
Kesimpulan
Perjalanan DeepSeek yang cepat meraih popularitas kini harus menghadapi tantangan besar di berbagai negara. Pembatasan dan pemblokiran yang dilakukan oleh negara-negara besar ini mencerminkan kekhawatiran yang mendalam terhadap potensi penyalahgunaan data pribadi dan ancaman terhadap keamanan nasional.
Sementara itu, negara-negara lainnya mungkin akan mengikuti jejak langkah tersebut, menyusul kekhawatiran yang berkembang terkait dengan privasi dan etika penggunaan teknologi berbasis AI asal China ini.