Sejak perubahan jadwal perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) mulai diterapkan pada 1 Februari 2025, justru terjadi lonjakan signifikan dalam jumlah penumpang, terutama pada jam-jam sibuk.
Kebijakan ini merupakan bagian dari implementasi Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025 yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi tingkat kepadatan di dalam rangkaian kereta. Namun, hasil yang terjadi di lapangan tampaknya menunjukkan realitas berbeda.
Nabila (25), seorang pengguna KRL yang rutin melakukan perjalanan dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Sawah Besar, menggambarkan kondisi dalam gerbong yang semakin penuh sesak.
“Padat banget, ya Allah. Padat, benar-benar chaos sih ini padatnya. Ibaratnya, tiga rute dijadikan satu,” tuturnya saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (4/2/2025).
Akibat perubahan jadwal tersebut, Nabila kini harus berangkat lebih awal dari biasanya untuk memastikan dirinya mendapatkan tempat duduk.
“Biasanya saya berangkat jam 07.00 WIB. Sekarang, 06.30 WIB, dan ini saya masih coba-coba harus berangkat jam berapa. Karena saya butuh spare waktu buat naik kereta yang baru datang agar dapat tempat duduk,” jelasnya.
Ketika dalam perjalanan pulang, ia mendapati situasi yang lebih memprihatinkan, di mana seorang ibu hamil mengalami kesulitan mendapatkan kursi.
“Kemarin, di gerbong saya, malah ada ibu hamil yang tergencet. Tapi, ya, penumpang enggak bisa gerak buat sekadar kasih tempat duduk,” ungkapnya.
Nabila berpendapat bahwa perubahan jadwal ini tidak membawa perbaikan, justru semakin memperburuk keadaan.
“Dulu memang padat, tapi masih ada space kosong. Kalau sekarang, enggak ada space kosong sama sekali. Kaki sampai tumpang tindih,” keluhnya.
Sementara itu, Raina (27), warga Jagakarsa, juga merasakan dampak dari perubahan jadwal ini. Meskipun ia tidak merasa kelelahan, ia tetap menyadari peningkatan kepadatan dalam perjalanan.
“Dengan waktu yang sama, kereta jauh lebih padat daripada biasanya. Untuk perubahan jadwal, saya enggak terlalu merasakannya. Tapi kadang masih ada mini delay, sekitar satu atau dua menit,” ujarnya.
Selain itu, ia menyoroti antrean panjang di Stasiun Cawang yang menjadi titik integrasi dengan layanan transportasi lain seperti TransJakarta dan LRT.
“Antrean tap out di sana juga panjang,” tambahnya.
Sebelumnya, Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Artriviyanto, mengungkapkan bahwa per 1 Februari 2025, jumlah perjalanan KRL Jabodetabek telah ditingkatkan sebanyak 15 perjalanan, dari sebelumnya 1.048 perjalanan menjadi 1.063 perjalanan.