Pemutusan hubungan kerja (PHK) seringkali menjadi pengalaman traumatis. Kehilangan sumber pendapatan utama dan menghadapi ketidakpastian masa depan dapat memicu stres dan kecemasan yang signifikan. Namun, bagi sebagian orang, PHK justru menjadi titik balik yang tak terduga. Kisah Pritania, seorang mantan copywriter yang di-PHK pada tahun 2012, menjadi contoh menarik bagaimana sebuah peristiwa yang awalnya menyakitkan dapat berujung pada sebuah berkah.
Pritania, yang saat itu berusia 38 tahun, memiliki pandangan positif terhadap kejadian tersebut. Ia meyakini selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Kepercayaan ini terbukti benar dalam kasusnya. PHK yang dialaminya justru membuka jalan bagi kehamilan yang telah lama ia dan mantan suaminya nantikan.
Dari Copywriter Hingga Ibu Rumah Tangga
Sebelum di-PHK, Pritania bekerja sebagai copywriter di perusahaan pengembang web sejak tahun 2011. Setelah enam bulan dipromosikan menjadi Account Manager, perusahaan tempatnya bekerja mengalami PHK massal.
Kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan memaksa perusahaan menutup tiga cabang, dan sejumlah karyawan memilih mengundurkan diri. Pritania pun termasuk di antara karyawan yang terkena dampak PHK massal tersebut. Kejadian ini terjadi setelah ia dan mantan suaminya berusaha keras selama satu tahun untuk mendapatkan momongan.
Ironisnya, kehamilan yang dinanti-nantikan justru datang setelah PHK. Pritania pun memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, sementara mantan suaminya tetap bekerja. Meskipun penghasilannya sebelumnya sangat membantu keluarga, Pritania memilih fokus mengurus buah hatinya.
Rencana yang Berubah Menjadi Berkah
Dua bulan sebelum PHK, Pritania telah merencanakan untuk kembali bekerja dan melanjutkan kuliah. Namun, kehamilan mengubah semua rencana tersebut.
Ia menyadari bahwa mencari pekerjaan dalam kondisi hamil akan sulit. Banyak perusahaan enggan mempekerjakan wanita hamil karena faktor cuti melahirkan. Pritania bijak dalam menyikapi situasi ini.
Ia menganggap kehamilan sebagai anugerah, mengutamakan kesehatan dan perkembangan anaknya. Kehadiran anak pertama yang telah lama dinantikan menjadi prioritas utama.
Bertahan dengan Usaha Online Shop
Sepanjang masa kehamilan, Pritania mengandalkan usaha online shop-nya sebagai sumber pendapatan. Sebelumnya, ia juga bekerja freelance.
Namun, mual yang sering terjadi selama kehamilan membuatnya terpaksa berhenti freelance. Pritania memilih menjaga kesehatannya dan fokus pada usaha online shop yang lebih fleksibel.
Setelah melahirkan, merawat bayi yang masih sangat kecil dan memiliki kebiasaan makan yang pilih-pilih (picky eater) membuat Pritania tetap memilih untuk fokus mengasuh anaknya.
Pengalaman Pritania menunjukkan bahwa perspektif positif dan adaptasi yang tepat dapat mengubah sebuah peristiwa negatif menjadi pengalaman yang berharga. Meskipun kehilangan pekerjaan, ia menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam peran barunya sebagai ibu rumah tangga. Kisahnya menginspirasi untuk selalu melihat sisi positif dalam setiap situasi dan menemukan hikmah di balik setiap cobaan.





