Saham BYD Melonjak ke Rekor Tertinggi Usai Peluncuran Teknologi ‘DiPilot’

Rohmat

Harga saham BYD meroket ke titik tertinggi setelah perusahaan otomotif ternama asal Tiongkok ini memperkenalkan teknologi asisten berkendara terbarunya, “DiPilot”. Sistem inovatif ini diperkuat dengan kecerdasan buatan (AI) dari DeepSeek, menandai langkah strategis BYD dalam berpindah dari persaingan harga menuju peningkatan fitur serta teknologi canggih.

Pada perdagangan Selasa (11/2/2025), nilai saham BYD yang diperdagangkan di bursa Hong Kong mengalami kenaikan lebih dari 4 persen, menyentuh angka HKD 345 (44,24 dollar AS) sebelum mengalami penyesuaian. Tren positif ini mengikuti lonjakan hampir 21 persen selama sepekan menjelang peresmian “DiPilot” pada 10 Februari 2025.

“DiPilot”: Asisten Berkendara Modern dengan Harga Kompetitif

Dikutip dari CNBC, pendiri sekaligus Chairman BYD, Wang Chuanfu, mengungkapkan bahwa teknologi smart driving akan menjadi standar keselamatan, sejalan dengan kehadiran sabuk pengaman dan airbag. BYD memastikan bahwa “DiPilot” akan tersedia di berbagai model kendaraannya, termasuk segmen kendaraan ekonomis yang dibanderol seharga 69.800 yuan (9.555 dollar AS). Hal ini menjadikan BYD sebagai produsen pertama di Tiongkok yang menghadirkan teknologi asisten berkendara canggih pada mobil dengan harga di bawah 70.000 yuan.

Para analis dari Nomura menyebut kebijakan ini sebagai perubahan pendekatan BYD, dari sekadar perang harga menjadi fokus pada peningkatan teknologi dan fitur kendaraan.

Terobosan Besar dalam AI Otomotif

“DiPilot” kini mengusung AI dari startup Tiongkok, DeepSeek, yang diklaim mampu mengoptimalkan kinerja sistem asisten berkendara BYD. Teknologi ini menggabungkan perangkat lunak, kecerdasan buatan, sensor, serta kamera guna membantu kontrol kendaraan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan penuh pada pengemudi.

Tu Le, pendiri sekaligus Managing Director Sino Auto Insights, menilai keputusan BYD untuk mengintegrasikan AI DeepSeek sebagai lompatan signifikan dalam industri otomotif. “Sekarang BYD memiliki teknologi AI mandiri yang dapat bersaing dengan fitur canggih dari kompetitor. Ini menempatkan BYD kembali di posisi terdepan dalam inovasi teknologi kendaraan,” ujar Tu Le.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan otomotif Tiongkok saling berlomba menghadirkan fitur asisten berkendara demi bersaing di industri kendaraan listrik yang semakin padat. Namun, BYD sebelumnya cenderung lebih konservatif dalam mengadopsi teknologi ini, mengingat aspek regulasi serta tanggung jawab hukum dalam insiden kendaraan otonom.

Persaingan dengan Tesla dan Tantangan Regulasi

Walaupun teknologi asisten berkendara terus berkembang pesat, regulasi masih menjadi kendala utama bagi produsen mobil listrik di Tiongkok. Beberapa wilayah telah mengizinkan penggunaan teknologi ini di jalanan perkotaan yang ramai, namun masih terdapat berbagai aturan yang perlu disesuaikan agar implementasinya lebih luas.

Tesla, misalnya, hingga kini masih menunggu izin dari pemerintah Tiongkok untuk meluncurkan fitur “Full-Self Driving” di negara tersebut. Elon Musk sebelumnya menyatakan optimismenya bahwa fitur ini dapat tersedia di Tiongkok pada akhir 2024. Namun, hingga kini, perizinan masih tertahan akibat regulasi yang ketat serta persaingan geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat dalam pengembangan perangkat lunak kendaraan otonom.

Dampak pada Pasar Global

Meskipun kerja sama dengan DeepSeek memberikan keunggulan kompetitif bagi BYD, beberapa analis mengingatkan bahwa tantangan tetap ada, terutama dalam ekspansi ke pasar global. Regulasi yang berbeda di setiap negara, serta persaingan ketat dari produsen kendaraan listrik lain, akan menjadi faktor yang perlu dihadapi BYD dalam perjalanannya menuju dominasi pasar internasional.

Also Read

Tags

Leave a Comment