Saham Potensial dengan Harga Murah, Awas Keburu Naik dan Melejit!

Rohmat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan signifikan pada penutupan perdagangan Jumat (31/1/2025), naik sebesar 0,50% dan berada di posisi 7.109,20.

Kenaikan ini menandai berakhirnya tren pelemahan yang terjadi selama tiga hari berturut-turut sebelumnya, dengan saham-saham sektor perbankan yang menjadi pendorong utama penguatan tersebut.

Menurut Abdul Haq Al Faruqy Lubis, seorang analis dari Stocknow.id, IHSG diprediksi akan terus memperlihatkan kekuatan dan berpotensi mencapai kisaran level 7.200 hingga 7.300, dengan level support berada di angka 7.000.

Proyeksi ini didasari oleh sejumlah faktor pendorong positif, seperti perkiraan kenaikan inflasi yang diprediksi mencapai 1,7% dari sebelumnya 1,57% serta data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih menunjukkan ekspansi.

“Data inflasi yang diperkirakan meningkat dari 1,57% ke 1,7% serta PMI manufaktur yang tetap ekspansif bisa menjadi katalis positif bagi pasar,” kata Abdul Haq Al Faruqy Lubis dalam acara Market Closing IDTV.

Selain itu, musim laporan keuangan juga menjadi sorotan utama bagi para pelaku pasar. Setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melaporkan hasil yang positif dan solid, pasar kini menunggu dengan antisipasi kinerja dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) serta PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Keberhasilan BCA dan BBNI ini memberikan optimisme bahwa BMRI dan BBRI kemungkinan besar akan mencatatkan pertumbuhan laba yang menggembirakan, bahkan mungkin mencapai dua digit.

Namun, meskipun optimisme ini ada, para investor tetap menunggu konfirmasi lebih lanjut, terutama terkait rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dan strategi masing-masing bank dalam menghadapi tantangan seperti tingginya suku bunga.

“Kinerja BCA dan BBNI yang positif bisa menjadi indikasi bahwa BMRI dan BBRI juga akan mencatat pertumbuhan laba double digit. Namun, investor masih menunggu kepastian, terutama terkait rasio kredit bermasalah (NPL) dan strategi bank dalam mengelola cost of fund di tengah suku bunga tinggi,” ujar Abdul.

Pada saat yang sama, banyak saham blue chip saat ini diperdagangkan dengan harga yang relatif lebih rendah, memberikan peluang menarik bagi para investor, termasuk saham perbankan besar seperti BBRI dan BMRI yang dipandang sebagai saham yang sedang “diskon.”

“Saat ini, banyak saham blue chip yang sedang diskon, termasuk saham perbankan besar seperti BBRI dan BMRI,” tambahnya.

Abdul menekankan bahwa meskipun tantangan seperti suku bunga yang tinggi masih ada, sektor perbankan tetap memiliki fondasi yang kokoh.

Daya tahan sektor ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga dari Bank Indonesia serta prospek perekonomian domestik yang dinilai stabil. Sehingga, meski ada beberapa tantangan, potensi pertumbuhan sektor ini masih terjaga dengan baik.

Dengan berbagai faktor yang mendukung, IHSG diperkirakan akan terus melaju, dan sektor perbankan masih menjadi salah satu pilar utama yang akan mendongkrak pasar saham Indonesia ke level yang lebih tinggi.

Also Read

Tags

Leave a Comment