Ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat tajam setelah Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran. Serangan ini, yang dikonfirmasi langsung oleh Presiden Donald Trump melalui Truth Social, menimbulkan guncangan signifikan di pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Peristiwa ini menandai eskalasi konflik yang berpotensi memicu perang terbuka antara Iran dan kekuatan Barat.
Serangan terhadap fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan dilakukan pada Sabtu (21/6/2025) waktu setempat. Presiden Trump mengklaim misi tersebut sukses dan seluruh pesawat telah kembali dengan selamat. Klaim ini, bagaimanapun, belum mampu menenangkan kekhawatiran pasar internasional yang melihatnya sebagai tindakan provokatif.
Serangan AS Picu Guncangan Pasar Keuangan Global
Pengumuman serangan AS memicu reaksi cepat di pasar global. Investor cenderung menghindari aset berisiko, seperti saham dan mata uang negara berkembang, dan beralih ke aset aman. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan akan tertekan dalam jangka pendek.
Ariston Tjendra, Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa pasar saat ini sangat waspada. Investor menunggu reaksi balasan dari Iran. Jika Iran melakukan serangan balasan, maka akan berdampak negatif pada pasar keuangan.
Dampak Terhadap Rupiah dan Aset Aman
Sentimen negatif dari serangan AS diperkirakan akan menekan nilai tukar rupiah. Investor global cenderung mencari aset aman seperti emas dan dollar AS, menyebabkan penguatan kedua aset tersebut. Ariston memprediksi pergerakan USD/IDR mungkin akan tetap berada di atas 16.200.
Potensi eskalasi konflik menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar. Jika Iran melibatkan sekutu dan serangan berkelanjutan terjadi, maka dampak negatif pada pasar keuangan akan semakin besar. Hal ini akan semakin memperkuat tren investor beralih ke aset aman.
Analisis Pergerakan Rupiah
Pergerakan rupiah dalam jangka pendek sangat dipengaruhi oleh reaksi Iran terhadap serangan AS. Jika Iran memilih menahan diri, maka tensi bisa mereda dan pasar akan kembali percaya diri.
Sebaliknya, jika Iran membalas serangan dan konflik meluas, maka tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan berlanjut. Ketidakpastian ini membuat investor cenderung menunggu dan mengamati perkembangan situasi sebelum mengambil langkah investasi.
Menanti Reaksi Iran dan Dampak Jangka Panjang
Pasar saat ini fokus menunggu reaksi Iran. Tindakan balasan dari Iran akan menentukan arah konflik dan dampaknya terhadap pasar keuangan global. Jika Iran menahan diri, tegangan bisa mereda dan pasar akan pulih.
Namun, eskalasi konflik yang melibatkan banyak pihak akan menyebabkan koreksi lebih dalam di pasar. Dalam jangka menengah hingga panjang, dampak terhadap rantai pasok energi global dan cadangan devisa negara berkembang perlu dipantau secara cermat. Dampak ini akan secara signifikan mempengaruhi pergerakan mata uang, termasuk rupiah.
Situasi geopolitik yang tidak menentu ini menghadirkan ketidakpastian bagi pasar keuangan global. Reaksi Iran terhadap serangan AS menjadi kunci menentukan arah pergerakan pasar selanjutnya. Meskipun seruan damai dilontarkan, realita di lapangan menunjukkan bahwa ketegangan masih tinggi dan investor global cenderung lebih memilih bermain aman untuk saat ini. Dampak jangka panjang dari konflik ini masih perlu dipantau dengan saksama, khususnya terhadap perekonomian negara-negara berkembang dan stabilitas nilai tukar mata uang mereka.