Tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) kembali menjadi sorotan. Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) mendesak pemerintah untuk mengevaluasi tarif tol yang dianggap memberatkan biaya distribusi barang.
Meskipun diakui bermanfaat bagi pelaku usaha logistik karena mempersingkat akses ke Pelabuhan Tanjung Priok, tingginya biaya tol menjadi kendala utama.
Tarif Tol Cibitung-Cilincing: Beban Berat bagi Logistik
Adil Karim, Ketua Umum DPW ALFI Jakarta, menyatakan bahwa Tol Cibitung-Cilincing memang efektif mengurangi kemacetan Jakarta-Cikampek.
Namun, tarif tol yang dinilai mahal menyebabkan banyak sopir truk lebih memilih rute alternatif melalui Tol Cikampek atau jalan biasa.
ALFI meminta pemerintah dan pengelola tol untuk mengevaluasi ulang tarif yang berlaku. Mereka berharap agar tarif lebih kompetitif dan terjangkau bagi pelaku usaha logistik.
Integrasi Logistik dan Efisiensi Distribusi
Selain evaluasi tarif, ALFI juga mendorong integrasi akses langsung ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Integrasi ini diharapkan dapat memisahkan arus logistik dari jalur umum, sehingga distribusi barang menjadi lebih efisien dan lancar.
Kemacetan di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok saat ini masih menjadi masalah besar yang membutuhkan solusi segera.
Dampak Positif dan Tantangan di Sekitar Tol Cibitung-Cilincing
Jalan Tol Cibitung-Cilincing, selain menjadi solusi kemacetan, juga berperan penting dalam konektivitas logistik nasional.
Tol ini dirancang sebagai koridor ideal untuk menghubungkan kawasan industri dengan pusat distribusi utama seperti pelabuhan dan bandara.
Meskipun demikian, tingginya tarif tol tetap menjadi perhatian. Walaupun ada dampak positif bagi masyarakat sekitar, seperti kenaikan NJOP tanah dan perkembangan perumahan, tarif yang terjangkau tetap dibutuhkan untuk memaksimalkan manfaat tol ini.
Tokoh masyarakat Bekasi, Drahim Sada, mengatakan bahwa pembangunan tol telah meningkatkan nilai jual tanah, memicu perkembangan perumahan dan pertumbuhan UMKM di daerah tersebut.
Senada dengan Drahim, Agus Sutejo (Tejo), tokoh pemuda Tambun Utara, melihat dampak ekonomi yang signifikan, terlihat dari kenaikan harga rumah di kawasan tersebut hingga mencapai Rp 400 juta hingga Rp 500 juta.
Kehadiran Tol Cibitung-Cilincing memang membawa dampak positif, namun optimalisasi manfaatnya tergantung pada penyesuaian tarif tol yang lebih berpihak kepada pelaku usaha dan masyarakat.
Pemerintah perlu mempertimbangkan keseimbangan antara keuntungan ekonomi dari tol dan beban biaya yang ditanggung oleh para pelaku usaha logistik. Solusi yang komprehensif dan berkelanjutan dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan proyek infrastruktur ini.