Konflik antara Iran dan Israel yang melibatkan Amerika Serikat (AS) telah memaksa puluhan Warga Negara Indonesia (WNI) untuk dievakuasi dari Teheran. Suara ledakan berulang kali di ibukota Iran membuat situasi mencekam dan mendorong pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan.
Evakuasi yang dimulai Jumat, 20 Juni 2025, melibatkan ratusan WNI, sebagian besar mahasiswa di Ahlul Bayt International University. Proses evakuasi berlangsung melalui jalur darat menuju Azerbaijan, negara tetangga Iran.
Evakuasi Darurat dari Teheran: Kisah Mahasiswa Indonesia
Ahmad Hukam Mujtaba, mahasiswa di Ahlul Bayt International University, merasakan dampak langsung dari konflik tersebut. Ia mendengar ledakan berulang kali di sekitar asramanya, tiga kilometer dari lokasi serangan.
Kecemasan yang dirasakan Ahmad dan mahasiswa lainnya mendorong mereka menerima tawaran evakuasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran.
Sebanyak 97 dari 380 WNI di Teheran setuju dievakuasi ke Baku, Azerbaijan. Perjalanan darat menuju Baku memakan waktu tiga hingga empat jam, dengan akomodasi logistik yang disediakan KBRI Baku dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Setelah tiba di Azerbaijan, Ahmad dan mahasiswa lainnya mengajukan permohonan pembelajaran daring kepada kampus. Namun, pihak kampus belum memberikan jawaban pasti karena masih dalam masa liburan.
Tantangan Evakuasi dan Kondisi di Teheran
Sayyida, mahasiswi di universitas yang sama, menggambarkan situasi mencekam di Teheran. Ledakan terdengar siang dan malam, meskipun kota lain seperti Qom relatif lebih tenang.
Proses pendataan WNI untuk evakuasi dipersulit oleh pemadaman internet. Perjalanan ke perbatasan juga dihambat oleh banyaknya pos pemeriksaan.
Bahkan, ada WNI yang tertahan di perbatasan karena masalah administrasi, seperti bayi yang belum memiliki paspor. Proses tersebut membutuhkan waktu hingga 16 jam.
Tidak semua WNI di Iran mengikuti evakuasi. Beberapa memilih bertahan karena berbagai alasan, seperti lokasi tinggal yang relatif aman atau kondisi kesehatan.
Kepulangan WNI dan Pertimbangan yang Beragam
Sebanyak 11 WNI telah tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 24 Juni 2025. Mereka menjalani prosedur imigrasi dan bea cukai sebelum diizinkan pulang.
Alasan WNI yang tidak dievakuasi beragam. Beberapa yang tinggal di Qom merasa situasinya masih aman. Lainnya, seperti teman Sayyida yang sedang hamil, memilih tetap tinggal karena kesulitan persalinan dan perjalanan jauh.
Mahasiswa semester akhir juga ada yang memilih bertahan untuk menunggu ijazah sebelum kembali ke Indonesia.
Evakuasi WNI dari Teheran menjadi gambaran nyata dampak konflik internasional terhadap warga sipil. Keputusan untuk tetap tinggal atau dievakuasi didasarkan pada pertimbangan masing-masing individu, mempertimbangkan faktor keamanan, kesehatan, dan kondisi pribadi.
Proses evakuasi dan kepulangan WNI ini menunjukkan peran penting KBRI dan Kemlu dalam melindungi warga negara Indonesia di luar negeri, terutama saat terjadi situasi krisis.