PHK Massal Nissan: 11 Ribu Karyawan Terdampak, Strategi Baru?

Redaksi

PHK Massal Nissan: 11 Ribu Karyawan Terdampak, Strategi Baru?
Sumber: Pikiran-rakyat.com

Raksasa otomotif Jepang, Nissan, tengah berjuang keras untuk keluar dari krisis finansial terparahnya dalam dua dekade terakhir. Tahun fiskal 2025 mencatat kerugian bersih mencapai angka fantastis Rp74,9 triliun, menjadi yang tertinggi dalam 25 tahun sejarah perusahaan. Penurunan penjualan mobil dan anjloknya margin keuntungan memaksa Nissan untuk mengambil langkah-langkah drastis demi bertahan hidup.

CEO baru, Ivan Espinosa, memimpin inisiatif penyelamatan besar-besaran yang diberi nama Re:Nissan. Targetnya jelas: kembali menguntungkan sebelum Maret 2027. Namun, jalan menuju profitabilitas ini dipenuhi dengan keputusan-keputusan sulit yang berdampak signifikan pada karyawan dan operasional perusahaan.

Langkah-Langkah Drastis Re:Nissan: PHK Massal dan Penutupan Pabrik

Program Re:Nissan mencakup pengurangan jumlah karyawan secara besar-besaran. Sebanyak 11.000 PHK akan diberlakukan, menambah jumlah pemutusan hubungan kerja sebelumnya yang mencapai 9.000 karyawan.

PHK akan memengaruhi berbagai divisi, termasuk penjualan, riset dan pengembangan (R&D), serta manufaktur di berbagai negara. Hal ini mencerminkan skala besarnya permasalahan yang dihadapi Nissan.

Penutupan pabrik juga menjadi bagian penting dari strategi Re:Nissan. Awalnya direncanakan penutupan tiga pabrik, namun angka tersebut kini meningkat menjadi tujuh pabrik yang akan ditutup pada tahun fiskal Jepang 2027. Jumlah pabrik aktif Nissan secara global akan berkurang menjadi hanya 10 unit. Identitas pabrik-pabrik yang akan ditutup belum diumumkan secara resmi.

Efisiensi Ekstrem dan Pembatalan Proyek untuk Menghemat Biaya

Tidak hanya pemangkasan tenaga kerja, Re:Nissan juga fokus pada efisiensi biaya dan operasional. Proyek pembangunan pabrik baterai di Kyushu, Jepang, telah dibatalkan.

Fasilitas powertrain juga akan mengalami overhaul total untuk meningkatkan efisiensi produksi. Target penghematan biaya yang ambisius ditetapkan sebesar 500 miliar yen (sekitar Rp56,6 triliun) dibandingkan tahun fiskal sebelumnya.

Langkah-langkah penghematan biaya ini meliputi pengurangan biaya per jam divisi R&D sebesar 20%, pengurangan kompleksitas suku cadang hingga 70%, dan rasionalisasi platform kendaraan dari 13 menjadi hanya 7 platform pada tahun 2035.

Percepatan Pengembangan Produk dan Tantangan Persaingan Global

Re:Nissan juga menargetkan percepatan waktu pengembangan produk baru. Waktu pengembangan yang sebelumnya mencapai 37 bulan, akan dipersingkat menjadi 30 bulan.

Langkah ini krusial agar Nissan dapat tetap kompetitif di pasar otomotif global yang dinamis dan berubah dengan sangat cepat. Kecepatan menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan yang semakin ketat ini.

Espinosa mengakui bahwa keputusan-keputusan ini sangat berat dan menyakitkan, namun dianggap mutlak diperlukan untuk menyelamatkan masa depan Nissan. Kegagalan menjalankan Re:Nissan berpotensi mengakibatkan kerugian yang lebih besar di masa mendatang.

Penjualan global Nissan yang turun 2,8% menjadi 3,35 juta unit hingga Maret 2025 dan laba operasional yang anjlok hingga 88% menjadi hanya Rp7,8 triliun semakin memperkuat urgensi langkah-langkah drastis yang sedang dijalankan. Kerugian ini hanya sedikit lebih baik daripada krisis yang hampir membuat Nissan bangkrut pada tahun 2000. Gagalnya rencana merger dengan Honda dan Mitsubishi semakin mempertegas tantangan besar yang dihadapi Nissan dalam perjalanan menuju pemulihan. Jalan menuju pemulihan akan panjang dan penuh tantangan bagi Nissan. Sukses atau tidaknya Re:Nissan akan menentukan masa depan perusahaan raksasa otomotif ini.

Also Read

Tags

Leave a Comment