Toyota dikabarkan tengah mengincar Neta Auto, produsen mobil listrik asal China yang tengah dilanda krisis keuangan. Langkah ini dinilai strategis bagi Toyota untuk memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik global yang kompetitif. Neta Auto sendiri tengah berjuang keras untuk bertahan di tengah kesulitan finansial yang dialami.
Krisis Keuangan Mengancam Neta Auto
Neta Auto mengalami guncangan finansial sejak pertengahan 2024. Penghentian produksi dan PHK besar-besaran menjadi bukti nyata dari kesulitan tersebut.
Perusahaan sempat berupaya mendapatkan suntikan dana melalui pendanaan E-round. Targetnya adalah 4 hingga 4,5 miliar yuan. Dana BRICS, yang didukung oleh negara-negara BRICS, bahkan disebut-sebut siap menggelontorkan 3 miliar yuan.
Namun, syarat yang diajukan investor—melanjutkan produksi dan menjamin investasi lanjutan—tidak terpenuhi. Kekurangan suku cadang membuat rencana re-start produksi di pabrik Tongxiang pada Januari 2025 gagal.
Akibatnya, investor menarik diri dan kesepakatan pendanaan batal. Kondisi keuangan Neta Auto pun semakin memprihatinkan.
Beban Utang dan Penjualan yang Anjlok
Dalam tiga tahun terakhir, Neta Auto mencatatkan kerugian total 18,3 miliar yuan. Perusahaan juga memiliki utang 6 miliar yuan kepada pemasok komponen.
Meskipun demikian, Neta Auto masih memiliki nilai strategis, terutama dari sisi teknologi. Pada akhir Maret 2025, perusahaan berhasil melakukan konversi utang menjadi ekuitas senilai 2 miliar yuan dari 134 pemasok utama. Mereka juga mendapat dukungan dana dari lembaga asal Thailand dan Solotech, Hong Kong.
Penjualan Neta Auto terus merosot tajam. Pada tahun 2024, penjualan hanya mencapai 64.500 unit. Kondisi semakin memburuk di Januari 2025, dengan penjualan hanya 110 unit, turun 98 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ambisi Toyota dan Masa Depan Neta Auto yang Tidak Pasti
Rumor akuisisi Neta Auto oleh Toyota beredar luas. Analis menilai akuisisi ini akan memberikan keuntungan bagi Toyota, yaitu akses cepat ke teknologi kendaraan listrik lokal dan keunggulan geografis di pasar China.
Namun, Toyota sendiri masih bungkam dan membantah kabar tersebut. Xu Yiming, Direktur Komunikasi Merek Toyota Tiongkok, menyatakan belum mendengar informasi apa pun terkait rencana akuisisi tersebut.
Jika Toyota benar-benar mengakuisisi Neta Auto, hal ini dapat menjadi solusi win-win solution bagi kedua perusahaan. Namun, jika tidak, masa depan Neta Auto terlihat suram di tengah krisis keuangan dan penjualan yang anjlok drastis. Keberhasilan Neta Auto untuk bangkit sepenuhnya bergantung pada langkah selanjutnya yang akan diambil, baik oleh manajemen internal maupun oleh potensi investor baru. Kondisi ini menjadi sorotan bagi industri otomotif global, terutama dalam persaingan ketat di sektor kendaraan listrik.