Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pergerakan yang tidak stabil dan diprediksi berakhir dengan pelemahan di kisaran Rp16.340 hingga Rp16.410 per dolar AS pada hari ini, Selasa (11/2/2025).
Berdasarkan data dari Bloomberg, pada Senin (10/2/2025), rupiah tercatat melemah sebesar 75,5 poin atau 0,46% ke posisi Rp16.358 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menunjukkan kenaikan sebesar 0,24% ke level 108,23.
Tak hanya rupiah, sejumlah mata uang di kawasan Asia juga mengalami tekanan. Yen Jepang mengalami penurunan sebesar 0,61%, dolar Singapura merosot 0,07%, dolar Taiwan melemah 0,22%, dan rupee India turun 0,20%.
Sebaliknya, beberapa mata uang menunjukkan pergerakan beragam, seperti won Korea Selatan yang menguat 0,11% dan dolar Hong Kong yang naik tipis 0,02%. Sementara itu, peso Filipina serta yuan China melemah 0,19%, ringgit Malaysia terdepresiasi 0,71%, dan baht Thailand turun 0,22%.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa faktor utama yang mempengaruhi sentimen awal pekan ini berasal dari kebijakan Donald Trump yang menerapkan tarif baru sebesar 25% pada seluruh impor baja dan aluminium.
“Langkah ini meningkatkan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan perdagangan dan dampak potensialnya terhadap ekonomi global. Tarif balasan China atas barang-barang AS akan mulai berlaku hari ini, dan semakin berkontribusi pada sentimen yang lemah,” ujar Ibrahim.
Selain itu, pernyataan Trump pada hari Minggu yang menyebut bahwa AS sedang membuat kemajuan dengan Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina juga turut menjadi sorotan. Namun, Trump enggan memberikan rincian mengenai komunikasi yang telah dilakukan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Dari sisi domestik, pemerintah dinilai perlu memperkuat sektor industri manufaktur demi mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2025. Tantangan utama yang dihadapi adalah tren deindustrialisasi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini perlu segera ditangani mengingat sektor manufaktur berperan sebagai penyedia lapangan kerja terbesar. Jika industri ini terus melemah, maka penciptaan lapangan kerja akan terganggu, memaksa masyarakat untuk mencari pekerjaan di sektor informal.
Rupiah Semakin Terpuruk
Menutup perdagangan hari ini, rupiah kembali mengalami tekanan dengan pelemahan sebesar 0,16% atau turun 25,5 poin ke posisi Rp16.383,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terus menguat 0,07% ke level 108,39.
Sejalan dengan pelemahan rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga mengalami penurunan nilai. Yen Jepang melemah 0,5%, dolar Hong Kong tergerus 0,05%, dolar Singapura turun tipis 0,04%, serta won Korea Selatan mengalami penurunan 0,06%. Mata uang lain seperti yuan China melemah 0,04%, peso Filipina melemah 0,1%, dan baht Thailand jatuh lebih dalam hingga 0,61%.
Dengan tren pelemahan ini, para pelaku pasar terus mencermati dinamika ekonomi global serta kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.