Rupiah Menguat: BI Ungkap Rahasia di Tengah Perang Dagang

Redaksi

Rupiah Menguat: BI Ungkap Rahasia di Tengah Perang Dagang
Sumber: Kompas.com

Rupiah berhasil mencatatkan penguatan di tengah gejolak ekonomi global yang diwarnai perang dagang, dinamika tarif resiprokal Amerika Serikat, dan konflik geopolitik. Bank Indonesia (BI) mengungkap beberapa faktor kunci di balik kinerja positif mata uang Garuda ini. Penguatan rupiah terjadi meskipun kondisi global masih dibayangi ketidakpastian yang cukup signifikan.

Ketahanan rupiah ini menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang tetap kuat dan menarik bagi investor asing. BI pun tetap waspada terhadap berbagai risiko global yang masih mengintai.

Aliran Modal Asing yang Mendukung Penguatan Rupiah

Salah satu faktor utama penguatan rupiah adalah masuknya modal asing ke instrumen Surat Berharga Negara (SBN). Sejak awal hingga pertengahan Juni 2025, aliran dana asing yang masuk ke SBN mencapai angka Rp 11 triliun, dan totalnya mencapai Rp 43,5 triliun sejak awal tahun.

Selain itu, masuknya devisa dari penduduk Indonesia (residen) turut berperan penting dalam menopang nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian domestik.

Aliran modal asing keluar (outflow) dari pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga mulai berkurang. Meskipun masih terjadi outflow, namun angkanya relatif kecil, sekitar Rp 3 triliun dan Rp 5 triliun.

Imbal Hasil Menarik dan Kebijakan Pemerintah

Indonesia masih mampu menawarkan imbal hasil (yield) yang menarik bagi investor asing. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun tercatat sebesar 6,13 persen, sementara tenor 10 tahun mencapai 6,71 persen. Sementara itu, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 13 bulan masing-masing sebesar 6,22 persen, 6,26 persen, dan 6,27 persen.

Kebijakan pemerintah terkait penguatan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) juga berkontribusi terhadap penguatan rupiah. Kenaikan konversi valas ke rupiah oleh para eksportir semakin memperkuat posisi rupiah.

Antisipasi Risiko dan Langkah Stabilisasi BI

Meskipun rupiah menunjukkan penguatan, BI tetap waspada terhadap potensi risiko global. Kenaikan tarif dagang dan eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah menjadi perhatian utama.

Untuk mengantisipasi dampak negatif dari risiko tersebut, BI secara aktif melakukan langkah-langkah stabilisasi. Operasi pasar terbuka, termasuk intervensi di pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), spot, dan SBN, terus dioptimalkan.

BI telah melakukan pembelian SBN hingga mencapai Rp 124 triliun untuk menjaga stabilitas rupiah dan meningkatkan likuiditas pasar. Langkah-langkah ini dilakukan secara pro-market dan dengan strategi triple intervention.

Dengan berbagai upaya tersebut, BI optimistis dapat mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah. Ketahanan rupiah ini mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan kebijakan moneter yang tepat sasaran.

Ke depan, BI akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko. Koordinasi yang baik antara BI dan pemerintah akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Also Read

Tags

Leave a Comment